Jika kita membuka Koran harian atau koran online,  seringkali muncul berita tentang kasus balita gizi buruk. Bahkan  beberapa waktu yang lalu masih disebut (oleh media massa) sebagai busung  lapar.
       Kini, kasus gizi buruk ternyata masih  ada. Bahkan di Yogyakarta dan Bali, yang mempunyai angka prevalensi  masalah gizi balita terendah (Riskesdas 2007). Prevalensi status gizi  balita < -2 SD berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) di  Provinsi Bali sebesar 11.4%, sedangkan DIY sebesar 10.0%. Bandingkan  dengan angka Nasional sebesar 18.4%, dan angka tertinggi di Provinsi NTT  sebesar 33.6%. Tahun 2009, di Bali ditemukan 49 kasus dan di Yogyakarta  27 kasus.
        Menurut hasil pemantauan Direktorat Bina  Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, selama tahun 2005 sampai dengan  2009, jumlah temuan kasus balita gizi buruk amat berfluktuasi. Tahun  2005-2007 jumlah kasus cenderung menurun dari 76178, 50106, dan 39080.  Akan tetapi tahun 2007 dan 2008 cenderung meningkat yaitu 41290 dan  56941.
       Yang menarik, terdapat empat provinsi  yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo yang  selalu hadir berturut-turut dari 2005-2009. Provinsi NTT pada tahun  2005, 2007 dan 2008, menduduki posisi teratas sedangkan tahun 2006 dan  2009 masing-masing ditempati Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Keempat provinsi tersebut selama 5 tahun  berturut-turut (2005-2009) masuk ke dalam kategori 10 provinsi dengan  kasus tertinggi. Kondisi ini sebaiknya menjadi bahan pertimbangan untuk  menempatkan keempat provinsi tersebut sebagai prioritas utama upaya  penanggulangan gizi buruk. Berikut gambaran perkembangan jumlah kasus di  empat provinsi.Sumber : http://gizi.net/2010/07/kasus-gizi-buruk-empat-provinsi-tak-pernah-absen/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar